MENGENALI DAN MEMAHAMI
DIRI SEBAGAI PENDIDIK
Oleh : Ninik Minarti, M.Pd
(Kepala SDN 1 Tumenggungan Lamongan)
Kemajuan dunia pendidikan saat ini, tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh sebagai aktor utama. Tokoh yang memiliki sumbangsih besar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dan mendapat gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki. Hajar Dewantara. Pemikiran dan pendapatnya banyak dijadikan masukan bagi penyusunan konsep pendidikan masa depan seperti perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum.
Pada Februari 2022 lalu, Kemendikbudristek resmi luncurkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum merdeka adalah metode pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat yang tujuan selanjutnya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik. Keunggulan kurikulum ini lebih sederhana dan mendalam, lebih merdeka, serta lebih relevan dan interaktif. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat (Rafael, 2022).
Wujud implementasi pemikiran Ki Hajar dewantara adalah dengan mengenali dan memahami diri sebagai pendidik , ada tiga hal yang perlu dipahami: (1)mengenali diri dan perannya sebagai pendidik, (2)apa peran saya sebagai guru, dan (3)ingin menjadi guru seperti apa saya. Untuk mampu mengenali dan memahami diri sebagai pendidik, maka kita akan telisik satu persatu dari tiga materi tersebut.
1. Mengenali diri dan perannya sebagai pendidik
Sebagai pendidik tentu harus mampu mengenali karakteristik dan kebutuhan murid, akan tetapi hal yang paling mendasar adalah memulai dari diri sendiri yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Murid kita memiliki cara belajar yang berbeda dengan kita dahulu. Mereka sangat mahir berteknologi sehingga bisa menjangkau pengetahuan sekalipun tanpa kita
berikan. Sebagai guru kita perlu terus belajar agar bisa mengantarkan murid murid untuk berdaya dan menjadi manusia merdeka. Dengan terus belajar mandiri kita telah mengatur diri sendiri dan ini adalah bagian dari perjalanan kita menjadi manusia merdeka. Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin tidak tergantung orang lain. Jika kita mengharapkan murid-murid kita kelak menjadi pribadi yang mandiri dan merdeka tentunya perlu untuk mengenali diri, berdaya, memiliki tujuan dan kebutuhan belajar yang relevan dan kontekstual terhadap diri dan lingkungannya. Selanjutnya peran kita adalah mampu merefleksikan kekuatan dan kelemahan kita lalu dapat mengelola apa yang kita miliki tersebut untuk berperan menuntun kekuatan kodrat murid- murid kita
2. Apa peran saya sebagai guru
Semangat kita sebagai guru untuk memulai hari akan berpengaruh pada energi belajar siswa yang mungkin tidak hanya untuk hari itu saja tetapi seterusnya. Ketika kelak mereka dewasa, mereka akan membawa semangat itu. Semua yang kita rancang untuk disimak murid-murid harus bertujuan karena saat mengajar di depan kelas sebenarnya guru sedang membentuk budaya masa depan lewat murid kita. Pendidikan yang kita berikan saat ini sangat berpengaruh pada kehidupan murid kita pada masa yang akan datang karena itu sangat penting bagi kita untuk mampu menyelaraskan peran sebagai pendidik yang relevan dengan konteks murid dan zaman. Mengutip yang disampaikan Ki Hajar Dewantara “memberi ilmu demi kecakapan hidup anak dalam usaha mempersiapkannya untuk segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas luasnya.”
3. menjadi guru seperti apa saya
Siapa guru yang kita kagumi dulu? Apakah kita memiliki pengalaman menyenangkan bersama beliau? Apakah kita pernah tertekan dengan seorang guru? Apakah kita memiliki pengalaman buruk bersama beliau? Dari titik balik tersebut tentu menjadi guru yang dikagumi murid adalah keinginan kita. Jika seperti itu apakah dalam keseharian kia sudah memberikan pengalaman menyenangkan kepada murid kita. Apakah usaha kita sudah sesuai dengan tujuan pendidikan. Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Menjadikan anak-anak bangsa menjadi seorang yang memiliki kecerdasan IQ, EQ, dan SQ sehingga bisa menjadi manusia seutuhnya sesuai konsep pikiran Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak” adalah tanggung jawab berat yang harus diemban oleh guru. Peran pendidik (Guru) tidak lagi sebatas pengajar, tapi
selaras dengan konsep Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karsa, dan Tut wuri handayani. Konsep Ing ngarso sung tulodo memiliki makna seorang guru harus mempersiapkan diri menjadi pribadi yang mampu menjadi sosok panutan, yang akan dicontoh oleh anak didiknya, baik sikap maupun pola pikirnya. Ing madyo mangun karsa memiliki makna guru berada di tengah untuk memberi/membangun semangat. Seorang guru harus membersamai siswanya, untuk memantau gerak tumbuh mereka serta membimbing dan memberi semangat. Guru harus terus belajar secara mandiri, membuka akses lebar-lebar dari berbagai sumber informasi, agar relevan dengan kebutuhan siswa sesuai zamannya. Tut wuri handayani dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan pada siswa saat mengimplementasikan apa yang telah dipelajari.
Melihat tugas dan peran guru yang begitu kompleks maka Implikasinya adalah kemajuan bangsa. Sebuah proses panjang yang tidak bisa langsung dinikmati dengan sekejap mata tetapi gurulah yang berberan merancang proses tersebut.
Mohon bantuan Bapak/Ibu Guru untuk memberikan umpan balik di tautan berikut. Terima kasih.
Dok. Kegiatan Sosialisasi Kurikulum Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar